Tampilkan postingan dengan label Budaya Jawa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Budaya Jawa. Tampilkan semua postingan

Kamis, 21 Agustus 2014

Dengarlah

Tuhan menciptakan dua telinga dan satu mulut agar kita lebih banyak mendengar daripada berbicara. Mendengar disini terutama mendengar nasihat dari orang lain, meskipun mungkin kita tidak terlalu suka dengan sifatnya. Dalam budaya Jawa, ada sebuah tembang macapat yang berisi nasihat itu. Tembang ini adalah tembang gambuh yang berbunyi:

"Pitutur bener iku
Sayektine apantes tiniru
Nadyan metu saka wong sudra papeki
Lamun becik nggone muruk
Iku pantes sira anggo"

Artinya:
"Pitutur bener iku" perkataan yang benar itu (nasihat). "Sayektine apantes tiniru" sebenarnya pantas untuk dicontoh. "Nadyan metu saka wong sudra papeki" meski keluar dari orang yang sifatnya kurang baik. "Lamun becik nggone muruk" jika dia benar dalam mengajarkannya. "Iku pantes sira anggo" itu pantas dilakukan.

Mungkin kita pernah terlanjur sakit hati dengan seseorang hingga rasanya tak ingin dengar apa-apa lagi dari dia. Semua perkataannya selalu kita abaikan tak peduli itu benar atau salah. Pikirkan lagi, mungkin saja kata-katanya bermanfaat bagi kita.

Kamis, 07 Agustus 2014

Tembang Macapat

Pernahkah kalian mendengar tembang macapat?
Tembang macapat adalah salah satu warisan budaya jawa yang berupa karya sastra. Kalau dalam karya sastra Indonesia, seperti syair. Tembang macapat berasal dari kata 'maca' yang artinya membaca dan 'papat', yang artinya adalah empat, maksudnya dalam melantunkan tembang macapat ini biasanya dengan membaca empat-empat suku kata. Ada tiga aturan dalam membuat tembang macapat, yaitu:
  1. Guru gatra : jumlah baris
  2. Guru wilangan : jumlah suku kata
  3. Guru lagu : huruf vokal terakhir
Tembang macapat sendiri ada 11 macam, dimana kesebelas macam tembang tadi seperti mewakili kehidupan manusia mulai dari lahir hingga meninggal dunia. Sebelas tembang macapat, sesuai urutannya adalah:
  1. Maskumambang :  dari kata 'ngambang' yang menggambarkan bayi (mengambang) di dalam kandungan ibu dan belum diketahui apakah si bayi itu laki-laki atau perempuan. 
  2. Mijil : lahir ke dunia
  3. Sinom : masa muda, masa dimana kita harus banyak belajar
  4. Kinanthi : dari kata 'kanthi' yang artinya menuntun
  5. Asmaradana : artinya adalah cinta, cinta kepada lawan jenis
  6. Gambuh : dari kata 'jumbuh' yang artinya cocok, maksudnya adalah menemukan orang yang cocok untuk diajak hidup bersama
  7. Dhandhanggula : hidup yang sedang senang-senangnya, apa yang diinginkan sudah dapat terlaksana dan hidup berkacukupan
  8. Durma : dari kata 'darma' atau memberi, maksudnya jika sudah hidup berkecukupan akan tumbuh rasa belas kasih kepada sesama manusia, sehingga akan memiliki sifat memberi
  9. Pangkur : dari kata 'mungkur' atau pergi, artinya pergi meninggalkan hawa nafsu yang jahat
  10. Megatruh : dari kata 'megat' yang  artinya pergi dan 'roh' maksudnya adalah roh kita pergi kembali menghadap Yang Kuasa
  11. Pocung : dari kata 'pocong' artinya menjadi mayat lalu dibungkus kain mori putih dan dimakamkan
Tembang macapat bukan hanya indah syair dan kata-katanya, tapi juga makna yang ada di dalamnya dimana biasanya mengajarkan tentang nilai-nilai kehidupan, baik secara tersirat maupun tersurat.